Padang (UNAND) 鈥 Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamen Diktisaintek) Prof. Fauzan menyampaikan apresiasi kepada 杏吧原版影音 (UNAND) atas penyelenggaraan konferensi kebencanaan yang mengangkat tema 鈥淏ersiap Menghadapi Megathrust鈥. Menurutnya, kegiatan ini adalah wujud nyata komitmen UNAND dalam melayani masyarakat melalui ilmu pengetahuan dan riset yang berdampak langsung.
鈥淜onferensi ini merupakan seruan aksi nasional yang mencerminkan posisi bangsa kita yang berada tepat di persimpangan lempeng tektonik,鈥 ungkapnya.
Berdasarkan World Risk Report 2024, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara paling rentan terhadap bencana alam. Kepulauan Nusantara menghadapi beragam risiko, mulai dari letusan gunung api hingga tsunami. Ancaman megathrust Mentawai disebut sebagai salah satu ancaman paling signifikan, khususnya bagi komunitas pesisir di Sumatera Barat.
Prof. Fauzan menegaskan bahwa pendidikan tinggi harus mengambil peran strategis dalam menyiapkan masyarakat menghadapi risiko kebencanaan. Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan kajian pengurangan risiko bencana sebagai mata kuliah wajib multidisipliner, sehingga setiap lulusan memiliki pemahaman dasar tentang penilaian risiko dan strategi mitigasi.

Selain itu, riset lokal yang berdampak tinggi perlu terus dikembangkan untuk memetakan potensi bencana di tengah masyarakat. Hasil riset ini dapat menjadi dasar kebijakan publik yang berbasis bukti (evidence-based policy). 鈥淒i luar ruang kelas, universitas juga harus menjadi pusat pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan praktis, kampanye kesadaran publik, hingga diseminasi informasi yang mudah diakses,鈥 jelasnya.
Sejak 2009, UNAND telah menunjukkan kepemimpinan dalam program sosialisasi kesiapsiagaan bencana. Namun, temuan riset menunjukkan baru sekitar 4% institusi pendidikan di Indonesia yang secara formal mengadopsi program pendidikan pengurangan risiko bencana.
Menurut Prof. Fauzan, ketangguhan bangsa tidak hanya bertumpu pada pengetahuan, tetapi juga pada teknologi dan inovasi. Peringkat Indonesia dalam Global Innovation Index meningkat dari posisi ke-85 pada 2020 menjadi ke-55 di tahun 2025, sebuah capaian yang lahir dari komitmen riset dan pengembangan.
Namun, tantangan megathrust terlalu besar untuk dihadapi sendiri. Karena itu dibutuhkan model kolaborasi radikal dengan pendekatan pentahelix serta dukungan kemitraan internasional. 鈥淪olidaritas global, seperti dukungan dari Pemerintah Australia dan kehadiran para pakar internasional dalam konferensi ini, sangat penting untuk memperkaya dan memperluas wawasan kita,鈥 ujarnya.
Kementerian Diktisaintek menegaskan komitmennya untuk terus mendorong kebijakan yang memperkuat peran perguruan tinggi dalam riset dan pendidikan kebencanaan. Konferensi ini dinilai menjadi katalisator dalam memperkuat komitmen bersama.
鈥淢ari kita bekerja sama untuk memastikan ketika bumi berguncang, bangsa tetap tegak, tangguh, dan siap siaga. Bersama, kita hadapi ancaman megathrust,鈥 pungkas Prof. Fauzan.(*)
Humas, Protokol, dan Layanan Informasi Publik
听
听

