Padang Pariaman (UNAND) — Di balik tenda-tenda pengungsian yang berdiri sederhana, tersimpan kisah duka, ketabahan, dan harapan warga terdampak bencana di Kabupaten Padang Pariaman. Anak-anak, lansia, dan keluarga yang kehilangan kenyamanan rumah harus bertahan dalam keterbatasan, berjuang menghadapi gangguan kesehatan dan minimnya akses air bersih.
Menjawab kondisi tersebut, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bersama ÐÓ°ÉÔ°æÓ°Òô kembali melanjutkan aksi Pengabdian Masyarakat Tanggap Bencana. Dua posko pengungsian menjadi saksi kehadiran para relawan dan tenaga ahli, yakni Posko Pasia Laweh dan Posko Katimaha Anduring.
Hampir 90 warga terdampak, sebagian besar lansia dan anak-anak, mendapatkan layanan kesehatan. Keluhan yang muncul mencerminkan beratnya situasi pascabencana, diare akibat keterbatasan sanitasi, iritasi mata karena debu dan udara lembap, serta gangguan kulit yang tak kunjung reda. Satu per satu pasien dilayani dengan penuh empati oleh tim medis ÐÓ°ÉÔ°æÓ°Òô.
Yang hadir bukan hanya dokter umum, melainkan barisan dokter spesialis mata, penyakit dalam, anak, obgyn, bedah, paru, hingga patologi klinis. Di sisi lain, apoteker memastikan obat sampai ke tangan yang tepat. Para dosen dan relawan dari teknik mesin, teknik elektro, serta ilmu gizi turut bergerak, membawa peran masing-masing demi satu tujuan: memulihkan kehidupan warga.
Suasana hangat tercipta saat Posko Sehat dan Bergizi dibuka. Di dapur sederhana, dosen, relawan, dan warga memasak bersama. Asap masakan bercampur tawa kecil dan cerita kehilangan, menjadi simbol bahwa harapan masih menyala. Makanan bergizi bukan hanya menguatkan tubuh, tetapi juga menguatkan jiwa.
Tak jauh dari posko, tim air bersih berjibaku di medan sulit, menarik dan memasang jalur pipa baru sepanjang kurang lebih 1 kilometer. Di bawah terik dan lumpur, mereka bekerja agar air bersih kembali mengalir, sebuah hal yang sering terlupakan nilainya, hingga bencana merenggutnya.
Kehadiran ÐÓ°ÉÔ°æÓ°Òô dan Kemdiktisaintek bukan sekadar membawa layanan, tetapi juga menghadirkan pesan kuat: bahwa warga tidak sendiri menghadapi bencana ini. Di tengah keterbatasan, uluran tangan, kepedulian, dan kolaborasi menjadi sumber kekuatan untuk bangkit bersama.
Ìý
Humas, Protokol, dan Layanan Informasi Publik
Ìý

